Sejak lepas kuliah dan tak pernah bekerja di perusahaan yang (benar-benar) mewajibkan berbahasa Inggris, tingkat kepedeanku dalam berbahasa internasional ini mangkin menipis. Bahkan untuk wawancara saja, sepanjang masih ada narasumber orang berbahasa Indonesia, aku menghindari untuk mewawancarai penutur non-“bahasa”.

Tapi kalau hanya untuk berbasa-basi, seperti bertanya jam, minta kartu nama, di mana rest room, dan remeh-temeh lainnya, itu sih gampang.

Nah, pas pergi ke Thailand untuk pertama kalinya, mau nggak mau, kemampuan bahasa Inggrisku yang pas-pasan ini harus aku gunakan dong.

Dengan pramugari, petugas bandara, yang berkomunikasi secara spesifik dan dengan bahasa singkat, nggak masalah.

Juga dengan pedagang, saat belanja oleh-oleh, komunikasi sangat mudah. Sebab, kalau pun mereka tak mengerti harga (angka) dalam tawar menawar, mereka bisa menuliskannya di layar kalkulatornya.

Dengan staf EO (event organizer) pihak pengundang -yang bahasa Inggrisnya rata-rata bagus-bagus- aku agak keteteran. Tapi yang penting, komunikasi tetap nyambung.

Oya, sebagai sama-sama bukan penutur bahasa Inggris sebagai bahasa ibu, orang Indonesia dan Thailand ada dalam posisi seri alias sama. Tapi dialek bahasa Thai yang “mengayun-ayun”, yang seringkali terbawa dalam bahasa Inggris mereka, kadang membuat kami bingung, apa sih yang dia maksud.

Sebaliknya, mereka pun (staf EO dan petugas hotel) juga seringkali tak memahami yang aku maksud. Padahal, menurutku sudah sangat jelas.

Misalnya, waktu aku menanyakan “who is my roommates?” (karena biasanya dalam satu kamar hotel diisi berdua) dia nggak ngerti. Akhirnya aku perjelas lagi dengan bahasa sekenanya: “friend in my room”, baru dia mengerti. Ternyata, masing-masing kamar hotel diisi sendiri-sendiri (royal juga ya?). Untuk meyakinkan, aku tanya lagi dia. “So one room, one person?” Dijawabnya, “yes sir.”

Waktu menyebutkan nomor kamar (C222) pada petugas pencatat di pintu restoran saat sarapan, petugas itu tidak mengerti waktu aku bilang: “room number si tripel tu”. Dia malah mau menulis 3 … dst. Triple disangkanya angka 3!

Petugas resepsionis malah maunya berbahasa Thai saja ke tamunya. Waktu menitipkan tas berisi laptop di resepsionis, dia bergumam dengan nada bertanya padaku dalam bahasa Thai (yang sama sekali tak kumengerti). Aku balik bertanya: “You asked my name?” Ternyata bukan. Yang dia maksud “room number”.

Akhirnya sekarang kepedeanku bertambah. Toh sama-sama bukan penutur bahasa Inggris, menggunakan bahasa sekenanya pun oke laaa… *pake dialek Thai*