“Buk!” terdengar suara gedebuk dari gudang di samping kamar kami –yang hanya disekat selembar tripleks. “Paling penunggu gudang,” pikirku. Kami sudah terbiasa mendengar suara-suara dari gudang, yang terhubung langsung ke dapur itu.

Suatu hari, kami mendengar suara yang beda dari biasanya. Suara yang tidak biasa. “Aha, pasti si penunggu gudang itu baru beranak. Ketika kutengok di salah satu dus, langsung terdengar sapaan. “Meong,” sapa sang induk.

Rupanya kucing –yang diduga milik tetangga sebelah rumah– itu, sengaja ngekost di gudang kami, tanpa makan. Ya, nginep doang, makan tidak dijamin (kecuali kalau ada sisa-sisa tulang ayam atau duri ikan).

Lebih dari seminggu si kucing belang-belang kehitaman itu ngekost di gudang. Hikmahnya, si monyong berbuntut panjang tak berani lagi narsis di depanku.

Apalagi si kucing –yang anaknya tadi siang baru dipindahkan dari gudang entah ke mana– itu tipe pemburu. Seperti tadi sore, dia dengan sabar menunggui lubang pembuangan air cuci piring, yang biasanya dijadikan jalan keluar si tikus.

Hasilnya, tak seekor tikus pun ditangkapnya. Mungkin sudah pada ketakutan sejak si penunggu gudang itu ngekos di gudang.