Siang ini aku akan mengirimkan serundeng pesanan salah seorang pelanggan, yang juga teman kuliah istriku, ke Bukit Rivaria, Sawangan Depok. Tapi berhubung harus buru-buru rapat di kantor, aku bermaksud memaketkan serundeng itu ke perusahaan paket langganan.
Ternyata tarif pengiriman dari Depok (Margonda) untuk reguler di bawah 1 kg Rp 7.500, bukan Rp 6.000 (tarif dalam kota).
“Soalnya itu Sawangan, Pak. Tarifnya beda,” kata agen di Margonda. Padahal, Sawangan itu masuk wilayah Kota Depok juga.
Giliran aku tanya ke agen di Pasar Minggu (bisa aku paketkan sambil pergi ngantor), ternyata tarifnya lebih mahal lagi, Rp 10.500.
Seperti halnya petugas agen Margonda, agen Pasar Minggu juga beralasan sama: karena Sawangan.
Ada apa sih sebenarnya di Sawangan? Apa karena macet?
Sebenarnya, Sawangan dekat dengan rumahku. Aku kirimkan aja langsung.
1sty said:
Sawangan masuknya Depok coret meureun, Kang? hehehehe..
cinderellazty said:
karena sawangan emang jauh dari pusat kota depoknya mas… kata temenku yg rumahnya di sawangan
fendikristin said:
padahal sama kawasan depok gitu ya Mas? π
tianarief said:
padahal nggak terlalu jauh loh, cuma radius 5 km-an. coba jakarta. di mana pun, asal masuk dki jakarta, ongkirnya disamakan: (tarif sekarang) Rp 6.000. radiusnya bisa belasan km hingga > 20 km.
tianarief said:
ya itu nty, seperti jawabanku di atas. sejauh-jauhnya depok, tak sejauh jakarta. mungkin yang dijadikan kendala cuma langganan macet doang.
tianarief said:
betul, masih masuk wilayah kota depok juga.
aghnellia said:
pernah juga bulan lalu ngirim paket ke rumah sari di cilkeas 10000, itu pake JNE tarif OKE, padahal ke cirebon aja cuma 6000!
tianarief said:
memang, terkadang logika tukang paket itu nggak nyambung sama logika kita. coba saja, ngirim ke bandung pinggiran (misalnya, cimahi), tarifnya bisa lebih mahal ketimbang ongkir ke surabaya (kota). padahal, selisih jaraknya kan luar biasa jauhnya. π
aghnellia said:
mungkin karna volume pengiriman ke kota besar lebih banyak dan sering di banding kota pinggiran kali yaa
tianarief said:
alasannya, kata mereka, daerah pusat kota lebih dekat ke kantor cabang masing2 kota. jadi, satu jalur pengirimannya. kalau ke luar kota, beda lagi.
bundel said:
Karena dulunya Sawangan nggak masuk ke Depok deh, orang anak-anak yang rumahnya di Sawangan nggak bilang di Depok. Orang ngertinya dulu itu, Sawangan adalah sebelah timurnya Parung. Kan memang lebih deket ke Parung daripada ke Depok.BTW saya punya kerabat di Bukit Rivaria itu, jalannya turun ya, nanti pulangnya nanjak, halah capek!
tianarief said:
mungkin saja belum masuk, waktu depok masih kecamatan. tapi kalau rivaria posisinya lebih dekat ke kota depok, ketimbang ke parung.
fetryz said:
waah,ada yang ngomongin kota tempat tinggal kami sekarang tohhh…ohh gitu ya Om??
tianarief said:
fetry di sawangannya di mananya?
bundel said:
Rivaria di tengah-tengah di sebelah kiri kalau dari Depok kota, kanan kalau dari Parung.
bundel said:
Ambu pindah ke Sawangan? Mulai kapan pindah dari Bantarjati? Selamat menata rumah baru ya kalau gitu.
nitafebri said:
bukan warga depok..tapi klo emang wilayah perbatesan gitu soal tarif paket yaa sering beda
tianarief said:
ternyata rivaria itu jauh ke dalamnya. ada sekitar 1 km. malem-malem, kurang penerangan.
tianarief said:
memang, suka mahal kalau perbatasan.
bundel said:
Iya, nah di daerah terdepan ada blok yang dihalangin pake sesuatu kalau nggak salah pagar, jadi kalau mobil mesti muter untuk cari jalan ke rumah-rumah di blok itu. Sebab cuma bisa ditembus dengan jalan kaki. Katanya karena itu perbatasan dengan salah satu SMA Negeri di Depok, jadi dulunya suka dipake anak-anak sekolah mabal. Sejarahnya saya dengar dari kerabat saya yang rumahnya di situ.
tianarief said:
kalau yang itu, saya belum ngeh. soalnya, selain kemarin pertama kali ke sana, juga datengnya malem-malem –yang ternyata kurang sekali lampu penerangannya. jadinya, komplek perumahan yang serem bagi pejalan kaki (faktor keamanan).
debapirez said:
karena Sawangan agak ndeso….*orang Bekasi lg sombong neh hehe…
tianarief said:
nggak ikut-ikuuut. π