Pekan lalu, aku mengikuti perjalanan bersama satu produsen mobil, untuk mengetes kemampuan GPS (global positioning system), yang merupakan bonus dari kendaraan yang dijual produsen itu.

Sasaran pertama, rumah seorang aktor sinetron di daerah Cibubur, Jakarta Timur, yang dicapai dengan panduan GPS –setelah memasukkan titik koordinat yang diberikan panitia.

Awalnya, aku dan dua orang rekan dari media lainnya, tidak mengetahui ke mana tujuan perjalanan. Tapi GPS “pintar” itu memandu kami, lewat “suara komputer” yang mirip suara perempuan. Misalnya, “maju 500 meter, putar balik, lalu lurus menuju Jalan Tol Jagorawi,” dan seterusnya.

Kami sempat dibawa berputar-putar hingga memasuki jalan kampung, jalan tanah yang basah, karena semalam baru diguyur hujan. Ngeri juga membayangkan, kalau mobil yang berpenggerak roda depan dan tidak dirancang untuk off-road itu sampai terperosok di jalan tanah itu. Syukurlah, itu tidak terjadi.

Setelah berhasil menemukan alamat yang dituju, wawancara plus foto-foto, kami pun melanjutkan perjalanan ke arah Bandung, melewati Jalan Tol Cikampek, lalu Cipularang. Lagi-lagi, dengan panduan GPS.

Beristirahat di Rest Area Km 57, sesuai arahan panitia, kami pun memarkir kendaraan di tempat parkir yang ditentukan. GPS-pun dilepas dari mobil, dan diset ke “Pedestrian Mode” (untuk dibawa berjalan kaki). Panitia, lagi-lagi, memberikan titik koordinat, restoran/kafe mana yang harus dituju, di rest area yang bentuknya melingkar itu.

Kami sempat kebingungan beberapa menit, karena GPS ternyata tak berfungsi sebagaimana mestinya. Si pemandu, “cewek komputer” itu tak memberikan informasi yang jelas, kafe mana yang dimaksud dari koordinat itu.

Aku pun segera mengambil inisiatif. Begitu melihat ada seorang perempuan pegawai restoran, aku pun langsung bertanya padanya. “Mbak, kafe E di sebelah mana?”

“Lurus ke depan, lalu belok kiri,” jawabnya, singkat.

Kami pun menuju arah yang ditunjukkan mbak pegawai restoran itu. Benar saja, dalam hitungan menit, kafe itu pun kami temukan.

Cara tradisional, terkadang lebih ampuh ketimbang teknologi modern. Atau, memakai “cara hybrid”. Maksudnya, gabungan antara GPS dan menanyakan langsung ke orang terdekat. Ingat pepatah, “malu bertanya, sesat di jalan.”

Foto GPS: ototest.otomotifnet.com