Ada yang menarik waktu workshop* “Pengasuhan Remaja”, khusus bagi para orangtua sekolah komunitas bisnis BiZSmart, tempat Fay bersekolah, Sabtu (17/9), yakni ketika berbicara masalah seks.
Menurut Ery Soekresno, Psi, MSc (Edu), konsultan pendidikan di sekolah itu, pendidikan seks di usia remaja itu penting untuk mencegah seks bebas atau seks sebelum nikah.
“Banyak kasus seks bebas akibat kurang terbukanya komunikasi orangtua dengan anaknya,” ujar Bu Ery. “Kita harus ‘buka-bukaan’ dengan anak remaja kita, biar dia tidak mencaritahu dari tempat lain yang tidak bisa dipertanggungjawabkan,” katanya. Artinya, orangtua harus mau menjelaskan masalah sensitif ini kepada anak, sesuai dengan pemahamannya.
Bu Ery, yang menjadi konsultan di berbagai sekolah itu, lalu menceritakan pengalamannya dengan seorang anak yang masih duduk di bangku SD.
“Bu, bayi itu keluarnya lewat mana?”
(Dijelaskan, ada dua cara; lewat operasi cesar dan alami).
“Dari antara kedua paha ibu.”
“Wah, dari ‘itunya’ dong?”
“Iya, lewat vagina.”
Pertanyaan si anak pun terjawab.
Di lain waktu, seorang anak SMP, mencoba mengonfirmasi pengetahuan seks yang diketahuinya.
“Bu, saya tau kalau yang punya sperma itu laki-laki dan sel telur itu punya perempuan. Lalu untuk terjadinya pembuahan, bagaimana cara memindahkannya?”
“Ya secara alami nanti bisa.”
“Iya, bagaimana caranya?”
Bu Ery mengaku tetap rileks dan tak menunjukkan kekagetan, mendapat pertanyaan blak-blakan begini. (Sikap seperti ini pula yang harus ditunjukkan para orangtua, saat menerima pertanyaan mengejutkan dari anaknya).
Dijelaskannya, manusia memiliki norma dan aturan yang sudah ditetapkan, yakni harus menikah terlebih dahulu. Meski demikian, jawaban untuk “masalah teknisnya” ia tunda dulu.
“Nanti kamu tau setelah kamu menikah.”
Menurut Bu Ery, inilah yang dinamakan golden moment (saat-saat paling tepat) untuk menjelaskan masalah seks kepada remaja, yakni saat dia ingin sekali mengetahuinya. Selain para guru, para orangtua harus sebijak mungkin bisa memanfaatkan golden moment ini, agar si anak bisa mendapatkan pengetahuan seks yang dibutuhkannya pada saat yang tepat.
Misalnya, saat anak-anak merubung sepasang ayam yang sedang kawin, saat itulah guru atau orangtua bisa menjelaskan peristiwa pembuahan pada tubuh manusia. Hanya saja, manusia punya norma-norma. Selain manusia harus menikah dahulu, juga di tempat yang tertutup. Karena toh, manusia berbeda dengan hewan.
*Workshop ini akan menjadi program rutin di sekolah BiZSmart –yang terdiri dari SMP dan SMK*.
myshant said:
teorinya siy ngerti mas kalau ditodong pertanyaan, sebaiknya tenang dulu, tanya pemahanan si anak sudah sejauh apa, kemudian kita jawab dengan singkat, dengan sebenarnya dan tidak berbelit-belittapi kadang niy saking kagetnya, lupa kalau harus tarik nafas dulu dan mengingat step2 menjawab yg baik dan benar.pdhl “mumpung” si anak bertanya, kita mendapatkan waktu yg tepat untuk menjawab ya 🙂
tianarief said:
iya shant, kebetulan fay belum bertanya soal itu, karena belum mengerti. tapi inti workshop ini digelar, biar para ortu siap menghadapi golden moment ini. 🙂
abonenak said:
iyog udah nanya-nanya belum shant?
enkoos said:
iya ya. Sebaiknya sedini mungkin dan dijelaskan dengan rileks.
bambangpriantono said:
Lebih dini, tapi tidak vulgar
kopikahwa said:
beda sama jaman kita dulu ya. dulu anak muda nyari2 sendiri jawabannya. karena kalo mau tanya ke ortu, saru (nda sopan). beruntung anak jaman sekarang memungkinkan menanyakan hal itu secara lebih terbuka
tantodikdik said:
waw, kalau di sekitar rumah saya banyaknya anjing sama kucing. hehe..terima kasih, Kang. jadi bahan pendidikan anak 🙂
myhaura said:
Tfs ya mas tian, haura aja udh suka tanya2 😀
miapiyik said:
Aku merasa terbantu waktu di sekolah Afra (kelas 5, 5thn lalu) ada pendidikan seksual begini, dari yayasan kita dan buah hati bu Elly Risman. Juga ada outline-nya, umminya tinggal nambahin deh :)selanjutnya, obrolan soal ini jadi enak,mengalir ajaJaman Hanif skrg, kelas 4 sudah mulai ada pendidikan ini, nanti Desember rencananya, konon karena usia pubertas makin cepat. skrg kelas 4 SD sudah ada yg mens
jogies said:
makasih dah sharing. jadi ilmu nanti kelak dah pny anak
tianarief said:
begitulah mbak. dan, katanya, jangan terlalu menunjukkan kekagetan dengan pertanyaan anak kita soal seks, yang tak disangka-sangka. 🙂
tianarief said:
tentu saja tidak vulgar. menyebut organ tubuh itu biasa.
tianarief said:
iya, zaman sekarang zaman keterbukaan. para ortu justru “dididik” untuk lebih terbuka soal pendidikan seks terhadap anak-anak mereka, tak ada lagi yang tabu. daripada si anak “belajar” dari teman-teman atau malah video, bisa ngawur.
tianarief said:
sama-sama to. masih lama ya? barangkali utk ponakannya.
tianarief said:
sama-sama na. ya begitulah, dijawab sesuai pemahaman/usia si anak. 😀
tianarief said:
wah, kalau memang diprogramkan di sekolahnya, itu lebih baik. bu elly risman memang termasuk psikolog yang rajin mengangkat pendidikan seks buat remaja ini, dengan pendekatan islam. bahkan beliau sudah menulis bukunya. 🙂
tianarief said:
sama-sama. semoga sharing ini bisa bermanfaat. 🙂
myshant said:
tentang kehamilan, pembuahan dan kelahiran sudah mbak, jaman kelas 4SD :)ini Bram udah tanya kenapa mama gak punya penis, gimana bayi bisa lahir lewat vagina, kan lubangnya kecil :))))ya dijelaskan singkat aja …
wikan said:
tapi ada yang buru2 menolak pendidikan seks lho pak tian
tianarief said:
wah ternyata iyog sudah lebih dulu. bram masih kecil sudah kritis pertanyaannya. 😀
tianarief said:
siapakah dia? 😀
bundaicha said:
Wah bagus juga ya pak tema seminarnya,tfs sudah berbagi
wikan said:
ini pak http://www.antaranews.com/berita/1276084937/mendiknas-tidak-setuju-pendidikan-seks-di-sekolah
tianarief said:
sebenarnya sih bukan seminar, mbak arie. tapi lebih mirip rapat para ortu dengan pihak konsultan sekolah. nah, bu ery, psikolog senior itu, memberikan tips-tips cara menangani anak yang sudah menginjak remaja. 🙂
tianarief said:
oh. 🙂 kalau yang saya tulis, lebih ke tips bagi para ortu (dari psikolog), untuk menangani anak masing-masing. paling tidak, bisa menghadapi “pertanyaan dadakan” seputar seks, tanpa kebingungan harus menjawab apa. jadi, bukan kurikulum resmi di sekolah fay. 😀
kucingkembar said:
Wah… udah SMP masih belum dikasih tahu “bagaimana caranya”? Kan itu ilmu pengetahuan (science), gitu lhoouwww….. Kan bisa diterangkan secara ilmiah, sambil juga menerangkan norma2 agama. Nggak bisa kalau nggak pakai norma agama… jaman sekarang, anything goes… 😛
kucingkembar said:
Persis pertanyaan saya waktu masih SD…. :).
tianarief said:
ya, mungkin perlu alat peraga atau gambar (kalau pelajaran biologi). yang diceritakan di sini, penjelasan dari psikolog –yang juga berpijak pada norma agama islam.
lollytadiah said:
sama disekolah anak2 juga jadi progam parenting rutin bersama bu Elly Risman… Alhamdulillah sekolah memfasilitasi.. tinggal orang tua yang mengembangkan bentuk dialognya ke anak…:)
tianarief said:
wah bagus. nuha sekolahnya di mana?
orinkeren said:
Terima kasih pada Miiko, anak2ku udah pada ngerti haidh dan melahirkan… ^____^ mana penjelasannnya lucu2 banget….
tianarief said:
miiko itu siapa rin?
orinkeren said:
Komik jepang pak… http://1.bp.blogspot.com/-9-o1RzHOlE4/TcENnJTpG6I/AAAAAAAAAdQ/A-WvjIfsu6k/s1600/all-miiko.jpgYang cerita tentang haidh ada di jilid 14 seri Hai Miiko terjemahannya. (ada 2 seri miiko: Hai Miiko dan Miiko (aja) )Yang tentang melahirkan lupa ada di jilid berapa. Pembahasannya tidakrancu, tapi kemasannya lucu, jadi anak memahami tapi gak risih/takut/gimana gitu. Tapi digambarin juga misal Miiko kelas 5 SD tapi belum haidh dan katrok banget melihat teman2nya bawa dompet lucu isi pembalut dan cd ganti… terus dia ikut2an bawa karena senang aja bawa dompet lucu, eh malah oleh teman-temannya di kira dia sudah haidh, dan dia mendapat perlakuan istimewa (karena kelas 5 kan sebagian udhad apat sebagian belum—jadi “geng” yang udah dapet dipandang lebih dewasa sedangkan yang belumd apet dianggap geng anak-anak kecil. lucu banget gambar2nya dan penyajiannya.
tianarief said:
oh gitu? apa orin berencana bikin komik sejenis ini dalam bahasa indonesia? 😀